Jumat, 05 Desember 2014

Makalah Dakwah Rasulullah SAW Di Mekkah dan Madinah

Dakwah Rasulullah SAW DI Mekkah dan Madinah

BAB I
PENDAHULUAN

1.    Latar Belakang Masalah
     Perkembangan pendidikan Ilmu pengetahuan dan teknologi ( IPTEK ) saat ini perlu diimbangi dengan perkembangan keimanan dan ketakwaan (IMTAQ) ini untuk menunjang keberhasilan pendidikan yang dilandasi keimanan dan ketakwaan.
     Di era globalisasi ini banyak para siswa yang tidak lagi mengindahkan atau mengenal agama, oleh karena itu untuk lebih mengenalkan siswa dengan kondisi atau keagamaan perlu adanya pendidikan yang membawa siswa siswi untuk mengetahui sejarah atau keadaan masa perjuangan rasul dalam mengembangkan islam agar siswa termotivasi untuk selalu bisa menghargai agama dan bertindak sesuai dengan akidah.
     Berdasarkan permasalahan tersebut di atas, penulis tertarik untuk membahas masalah tersebut yang dituangkan dalam sebuah makalah dengan judul “Dakwah Rasullulah Periode Mekkah dan Madinah “.

BAB II
PEMBAHASAN
1.    Masyarakat Sebelum Islam Datang
     Sebelum agama islam masuk kedalam jazirah Arab,bangsa Arab terkenal dengan sebutan Jahiliyah yaitu zaman kebodohan dimana masyarakat Arab saat itu menyembah berhala-berhala,diantara banyak berhala yang disembah yang paling dipuja yaitu berhala Latta,Uzza,dan Manat.Selain itu masyarakat arab juga menganut agama-agama radisional Arab.Agama-agama itu antara lain kepercayaan atas kekuasaan banyak Tuhan dan alam magic (Politheisme-Animisme),agama Shabi’un Majus,dan Agama-agama yang diklaim sebagai ajaran asli Ibrahim(Yahudi dan Nasrani). Pada zaman jahiliah sering terjadi peperangan antar suku. Bahkan, peperangan ini terkadang berlangsung hingga beberapa generasi setelahnya.Untuk memuliakan dan menghormati Ka’bah, muncul larangan berperang ataupun melancarkan serangan pada beberapa bulan dalam setahun, yaitu bulan Zulqaidah, Zulhijjah, Muharram, dan Rajab. Namun, bangsa Arab saat itu memperbolehkan peperangan dilaksanakan pada bulan Muharram. Lalu sebagai gantinya, mereka menghentikan perang pada bulan Safar. Tindakan ini dinamakan An Nasi (pengunduran).
     Kota Mekah merupakan tempat yang dipandang suci oleh seluruh bangsa Arab. Kota Mekah sejak awal didirikan telah mengenal sistem pemerintahan. Beberapa suku pernah memegang kekuasaan atas kota Mekah, yaitu suku Amaliqah (sebelum Nabi Ismail dilahirkan), suku Jurhum, dan suku Khuza’ah (440 M). Suku Khuza’ah yang mengambil kekuasaan Mekah dari suku Jurhum mendirikan Darun Nadwah, yaitu tempat untuk bermusyawarah bagi penduduk Mekah di bawah pengawasan Qushai.
     Bangsa Arab pada umumnya berwatak berani, keras, dan bebas. Mereka telah lama mengenal agama. Nenek moyang mereka pada mulanya memeluk agama Nabi Ibrahim. Akan tetapi, akhirnya ajaran itu pudar. Untuk menampilkan keberadaan Tuhan mereka membuat patung berhala dari batu, yang menurut perasaan mereka patung itu dapat dijadikan sarana untuk berhubungan dengan Tuhan. Kebudayaan mereka yang paling menonjol adalah bidang sastra bahasa Arab, khususnya syair Arab. Perekonomian penduduk negeri Mekah umumnya baik karena mereka menguasai jalur darat di seluruh Jazirah Arab.

1)      Jahiliyah
     Konteks sosial masyarakat Makkah Pra Islam yaitu Jahiliyah. Bagi sebagian kalangan jailiyah di artikan sebagai komunitas orang yang bodoh. Namun Muhammad al Jabiry membantah pandangan tersebut, karena masyarakat pra islam sudah mempunyai kebudayaan sendiri.
     Masyarakat jahiliyah hidup sebagaimana layaknya masyarakat yang lain. hanya saja sistem hidupnya ditentukan sejauhmana otoritas kesukuan dan kekuasaan ekonomi mempengaruhi sebuah tatanan sosial. Tidak adanya norma hukum dan nabi di tengah-tengah kalangan Quraysh telah menyebabkab munculnya konflik diantara mereka. Maka pada saat itu dikenal dengan istilah Ayyam al-‘Arab (Hari-hari orang arab). Menurut Hitti, tradisi ini mengisahkan tentang permusuhan antar suku yang disebabkan oleh persengketaan dalam soal hewan ternak, padang rumput dan mata air.
     Ada 3 kelompok masyarakat jahiliyah yaitu : Pertama, masyarakat pagan yang nomaden. Mereka adalah kelompok yang kaya dan mempunyai tradisi keberagaman yang amat beragam. Tradisi mereka yang nomaden masih memberikan ruang  untuk mencari agam yang memberikan mereka solusi terhadap kebutuhan pokok sehari-hari.
     Kedua, masyarakat pagan yang menetap, jika dibandingkan dengan masyarakat pagan yang nomaden, mereka yang menetap ini lebih religius. Dari segi keyakinan mereka dikenal sebagai penyembah berhala. Kelompok ketiga yaitu mereka yang meyakini adanya tuhan tetapi mereka tidak menafikan keberadaan kelompok lain.
     Masyarakat baik nomadik maupun yang menetap, hidup dalam budaya kesukuan Badui. Organisasi dan identitas sosial berakar pada keanggotaan dalam suatu rentang komunitas yang luas. Kelompok beberapa keluarga membentuk Kabilah. Beberapa kelompok Kabilah membentuk Suku dan dipimpin oleh seorang Syaikh. Mereka sangat menekankan hubungan kesukuan, sehingga kesetiaan atau solidaritas kelompok menjadi sumber kekuatan bagi suatu kabilah atau suku. Mereka suka berperang oleh karena itu peperngan antar suku sering sekali terjadi. Sikap ini tampaknya sudah menjadi tabiat yang mendarah daging dalam diri masyarakat Arab. Karena itu perang antar suku sering terjadi. Dalam masyarakat yang suka berperang tersebut, nilai wanita menjadi sangat rendah. Dunia Arab ketika itu merupakan kancah peperangan yang terus menerus.
2)      Pusat perdagangan
     Sumber ekonomi utama yang menjadi penghasilan orang Arab adalah perdagangan dan bisnis. Orang-orang Arab di masa jahiliyah sangat dikenal dengan bisnis dan perdagangannya. Perdagangan menjadi darah daging orang-orang Arab.
     Ada Tiga alasan yang menyebabkan Makkah menjadi salah pusat perdagangan : Pertama, Ka’bah sebagai tempat suci yang membuat setiap orang terkesanuntuk mengunjunginya. Kedua, air Zamzam, kita tahu timur tengah adalah tempat yang tandus, yang tidak mudah untuk mendapatkan air. Maka, keberadaaan sumber air zamzam dengan nilai kesejarahannya yang sangat luar biasa menjadi pemikat banyak orang untuk mendatanginya. Ketiga,Makkah adalah tempat yang menjamin keamanan dan kenyamanan. Mereka yang datang ke Makkah dilarang untuk menumpahkan darah. Untuk memuliakan dan menghormati Ka’bah.
3)      Pusat peradaban
     Kultur yang berkembang pada masyaakat Arab pada umumnya adalah kultur klenik. Dan dikenal dengan ilmu pengetahuan dan filsafatnya. Bahasa merupakan yang penting dalam pembentukan kebudayaan orang-orang Makkah Pra-Islam. Karena dengan bahasa mereka mampu menjalin kerjasama dengan masyarakat Arab lainnya diluar Makkah. Disamping itu Syair merupakan salah satu kekuatan tersendiri, karena hal tersebut sebagai cara untuk mengekspresikan perasaan orang Arab. Para penyair di anggap sebagai salah satu kelompok yang menyuarakan perasaan mereka. Karya sastra Pra-Islam yang sangat populer antara lain al-Muallaqaat, karya Abu Tamam, al-Aghani, Mukhtaridat karya Ibnu al-Syajari dan karya lain-lainnya.

2.    Substansi Dakwah Rasulullah SAW
     Masyarakat Arab Jahiliyah Periode Makkah Dalam bidang Agama, Bangsa Arab menyimpang dari ajaran agama Tauhid. Mereka ada yang memeluk agama Watsani (penyembah berhala), Yahudi, Nasrani, selain itu ada juga yang menyembah malaikat, bintang seperti yang dilakukan kaum Sabi’in, matahari, bulan, dan jin yang dilakukan oleh sebagian masyarakat di luar Mekah.Dalam bidang sosial-politik;Ada dua bentuk sistem politik di dunia Arab;1) kedaulatan politik diperintah oleh raja, seperti Kerajaan Yaman;2) Tatanan politik kabilah yang menempatkan kepala masing-masing sebagai pemimpin.- Fanatisme golongan (kabilah), bila terjadi peperangan antar kabilah, yang kalah akan dijadikan budak oleh kabilah yang menang.
  • Merendahkan kedudukan perempuan
  • Kebiasaan buruk seperti berjudi, mabuk-mabukkan, berzina, mencuri, merampok dan membunuh bukan merupakan perbuatan yang salah.Dalam bidang ekonomi, masyarakat Mekah menggantungkan kehidupan ekonominya pada perdagangan.B. Sejarah dakwah Rasulullah pada Periode Makkah1. Dakwah secara diam-diam (sembunyi-sembunyi)Dakwah ini dilakukan setelah beliau menerima wahyu QS. Al-Mudatstsir/75: 1-6). Nabi berdakwah kepada keluarga terdekat dan teman-teman yang beliau yakini menerima dakwah beliau.
     Dakwah di kalangan keluarga beliau mengumpulkan keluarga beliau dan mengajak mereka untuk bertauhid kepada Allah swt dan meyakini bahwa beliau Rasul Allah. Di antara mereka ada yang masuk Islam, sebagian menolak dengan kasar, ada pula yang menolak dengan lembut. Yang paling kasar penolakannya adalah paman beliau sendiri yang bernama Abu Lahab.3. Dakwah secara terang-teranganDakwah ini dilakukan setelah beliau menerima perintah Allah dalam QS. Al-Hijr/15:94.
94Maka sampaikanlah olehmu secara terang-terangan segala apa yang diperintahkan (kepadamu) dan berpalinglah dari orang-orang yang musyrik.Beliau berdakwah dengan menyeru di bukit Shafā. Pada periode ini tokoh besar bangsa Quraisy telah masuk Islam, yaitu Hamzah, paman beliau dan Umar bin Khattab ra.4. Dakwah kepada berbagai suku di sekitar MakkahSejak tahun kesepuluh dari kenabian, beliau berdakwah ke berbagai suku di sekitar Makkah. Di antara mereka yang bersedia masuk Islam terdapat beberapa orang Anshar di Madinah, pada mulanya jumlah mereka 6 orang, kemudian bertambah 12 orang dan disusul kemudian oleh 73 orang laki-laki dan 2  orang perempuan. Mereka inilah yang meminta Rasulullah dan para sahabatnya untuk berhijrah ke Madinah.
Substansi dakwah Rasulullah SAW pada periode Makkah·        
1.    Kepercayaan terhadap kerasulan Muhammad saw.·        
2.    Akhirat serta pembalasan (QS. Al-Qāri’ah/101:1-11)
  • Hari kiamat,
  • Apakah hari kiamat itu?
  • Tahukah kamu Apakah hari kiamat itu?
  • Pada hari itu manusia adalah seperti anai-anai yang bertebaran,
  • Dan gunung-gunung adalah seperti bulu yang dihambur-hamburkan.
  • Dan Adapun orang-orang yang berat timbangan (kebaikan)nya,
  • Maka Dia berada dalam kehidupan yang memuaskan.
  • Dan Adapun orang-orang yang ringan timbangan (kebaikan)nya,
  • Maka tempat kembalinya adalah neraka Hawiyah.
  • Tahukah kamu Apakah neraka Hawiyah itu? (yaitu) api yang sangat panas.·        
3.    Kesucian jiwa, Akhlāqul Karīmah (QS.Nūĥ/68:4) Niscaya Allah akan mengampuni sebagian dosa-dosamu dan menangguhkan kamu sampai kepada waktu yang ditentukan. Sesungguhnya ketetapan Allah apabila telah datang tidak dapat ditangguhkan, kalau kamu Mengetahui”. Maksudnya: memanjangkan umurmu.· Persamaan hak manusia
4.    Persatuan, menggalang persatuan sesama mukmin dan bersikap tegas terhadap orang kafir (QS. Al-Fatĥ/48:29)
     Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan Dia adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka. kamu Lihat mereka ruku’ dan sujud mencari karunia Allah dan keridhaan-Nya, tanda-tanda mereka tampak pada muka mereka dari bekas sujud. Demikianlah sifat-sifat mereka dalam Taurat dan sifat-sifat mereka dalam Injil, Yaitu seperti tanaman yang mengeluarkan tunasnya Maka tunas itu menjadikan tanaman itu kuat lalu menjadi besarlah Dia dan tegak Lurus di atas pokoknya; tanaman itu menyenangkan hati penanam-penanamnya karena Allah hendak menjengkelkan hati orang-orang kafir (dengan kekuatan orang-orang mukmin). Allah menjanjikan kepada orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal yang saleh di antara mereka ampunan dan pahala yang besar. Maksudnya: pada air muka mereka kelihatan keimanan dan kesucian hati mereka.·        
5.    Persaudaraan, menebarkan kasih sayang dan menghindari peperangan
6.    Melebur kepentingan pribadi ke dalam kepentingan umum.

3.    Dakwah Rasulullah SAW pada periode Mekkah
a.    Masyarakat Arab Jahiliyah Periode Mekah
     Objek dakwah Rasulullah SAW pada awal kenabian adalah masyarakat Arab Jahiliyah, atau masyarakat yang masih berada dalam kebodohan. Dalam bidang agama, umumnya masyarakat Arab waktu itu sudah menyimpang jauh dari ajaran agama tauhid, yang telah diajarkan oleh para rasul terdahulu, seperti Nabi Adam A.S. Mereka umumnya beragama watsani atau agama penyembah berhala. Berhala-berhala yang mereka puja itu mereka letakkan di Ka’bah (Baitullah = rumah Allah SWT). Di antara berhala-berhala yang termahsyur bernama: Ma’abi, Hubai, Khuza’ah, Lata, Uzza dan Manar. Selain itu ada pula sebagian masyarakat Arab Jahiliyah yang menyembah malaikat dan bintang yang dilakukan kaum Sabi’in.

b.    Pengangkatan Nabi Muhammad SAW sebagai Rasul
     Pengangkatan Muhammad sebagai nabi atau rasul Allah SWT, terjadi pada tanggal 17 Ramadan, 13 tahun sebelum hijrah (610 M) tatkala beliau sedang bertahannus di Gua Hira, waktu itu beliau genap berusia 40 tahun. Gua Hira terletak di Jabal Nur, beberapa kilo meter sebelah utara kota Mekah.
     Muhamad diangkat Allah SWT, sebagai nabi atau rasul-Nya ditandai dengan turunnya Malaikat Jibril untuk menyampaikan wahyu yang pertama kali yakni Al-Qur’an Surah Al-‘Alaq, 96: 1-5. Turunnya ayat Al-Qur’an pertama tersebut, dalam sejarah Islam dinamakan Nuzul Al-Qur’an.
     Menurut sebagian ulama, setelah turun wahyu pertama (Q.S. Al-‘Alaq: 1-5) turun pula Surah Al-Mudassir: 1-7, yang berisi perintah Allah SWT agar Nabi Muhammad berdakwah menyiarkan ajaran Islam kepada umat manusia.
     Setelah itu, tatkala Nabi Muhammad SAW berada di Mekah (periode Mekah) selama 13 tahun (610-622 M), secara berangsur-angsur telah diturunkan kepada beliau, wahyu berupa Al-Qur’an sebanyak 4726 ayat, yang meliputi 89 surah. Surah-surah yang diturunkan pada periode Mekah dinamakan Surah Makkiyyah.

c.    Ajaran Islam Periode Mekah
Ajaran Islam periode Mekah, yang harus didakwahkan Rasulullah SAW di awal kenabiannya adalah sebagai berikut:
  • Keesaan Allah SWT
  • Hari Kiamat sebagai hari pembalasan
  • Kesucian jiwa
  • Persaudaraan dan Persatuan

d.    Strategi Dakwah Rasulullah Saw Periode Mekah
     Tujuan dakwah Rasulullah SAW pada periode Mekah adalah agar masyarakat Arab meninggalkan kejahiliyahannya di bidang agama, moral dan hukum, sehingga menjadi umat yang meyakini kebenaran kerasulan nabi Muhammad SAW dan ajaran Islam yang disampaikannya, kemudian mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari.
Strategi dakwah Rasulullah SAW dalam berusaha mencapai tujuan yang luhur tersebut sebagai berikut:
-    Dakwah secara Sembunyi-sembunyi Selama 3-4 Tahun
     Pada masa dakwah secara sembunyi-sembunyi ini, Rasulullah SAW menyeru untuk masuk Islam, orang-orang yang berada di lingkungan rumah tangganya sendiri dan kerabat serta sahabat dekatnya. Mengenai orang-orang yang telah memenuhi seruan dakwah Rasulullah SAW tersebut adalah: Khadijah binti Khuwailid (istri Rasulullah SAW, wafat tahun ke-10 dari kenabian), Ali bin Abu Thalib (saudara sepupu Rasulullah SAW yang tinggal serumah dengannya), Zaid bin Haritsah (anak angkat Rasulullah SAW), Abu Bakar Ash-Shiddiq (sahabat dekat Rasulullah SAW) dan Ummu Aiman (pengasuh Rasulullah SAW pada waktu kecil).
     Abu Bakar Ash-Shiddiq juga berdakwah ajaran Islam sehingga ternyata beberapa orang kawan dekatnya menyatakan diri masuk Islam, mereka adalah:
  1. Abdul Amar dari Bani Zuhrah
  2. Ubaidah bin Jarrah dari Bani Haris
  3. Utsman bin Affan
  4. Zubair bin Awam
  5. Sa’ad bin Abu Waqqas
  6. Thalhah bin Ubaidillah.
     Orang-orang yang masuk Islam, pada masa dakwah secara sembunyi-sembunyi, yang namanya sudah disebutkan d atas disebut Assabiqunal Awwalun (pemeluk Islam generasi awal).
-    Dakwah secara terang-terangan
Dakwah secara terang-terangan ini dimulai sejak tahun ke-4 dari kenabian, yakni setelah turunnya wahyu yang berisi perintah Allah SWT agar dakwah itu dilaksanakan secara terang-terangan. Wahyu tersebut berupa ayat Al-Qur’an Surah 26: 214-216.
Tahap-tahap dakwah Rasulullah SAW secara terang-terangan ini antara lain sebaga berikut:
  1. Mengundang kaum kerabat keturunan dari Bani Hasyim, untuk menghadiri jamuan makan dan mengajak agar masuk Islam. Walau banyak yang belum menerima agama Islam, ada 3 orang kerabat dari kalangan Bani Hasyim yang sudah masuk Islam, tetapi merahasiakannya. Mereka adalah Ali bin Abu Thalib, Ja’far bin Abu Thalib, dan Zaid bin Haritsah.
  2. Rasulullah SAW mengumpulkan para penduduk kota Mekah, terutama yang berada dan bertempat tinggal di sekitar Ka’bah untuk berkumpul di Bukit Shafa.

     Pada periode dakwah secara terang-terangan ini juga telah menyatakan diri masuk Islam dari kalangan kaum kafir Quraisy, yaitu: Hamzah bin Abdul Muthalib (paman Nabi SAW) dan Umar bin Khattab. Hamzah bin Abdul Muthalib masuk Islam pada tahun ke-6 dari kenabian, sedangkan Umar bin Khattab (581-644 M). Rasulullah SAW menyampaikan seruan dakwahnya kepada para penduduk di luar kota Mekah. Sejarah mencatat bahwa penduduk di luar kota Mekah yang masuk Islam antara lain:
  • Abu Zar Al-Giffari, seorang tokoh dari kaum Giffar.
  • Tufail bin Amr Ad-Dausi, seorang penyair terpandang dari kaum Daus.
  • Dakwah Rasulullah SAW terhadap penduduk Yastrib (Madinah). Gelombang pertama tahun 620 M, telah masuk Islam dari suku Aus dan Khazraj sebanyak 6 orang. Gelombang kedua tahun 621 M, sebanyak 13 orang, dan pada gelombang ketiga tahun berikutnya lebih banyak lagi. Diantaranya Abu Jabir Abdullah bin Amr, pimpinan kaum Salamah.
     Pertemuan umat Islam Yatsrib dengan Rasulullah SAW pada gelombang ketiga ini, terjadi pada tahun ke-13 dari kenabian dan menghasilkan Bai’atul Aqabah. Isi Bai’atul Aqabah tersebut merupakan pernyataan umat Islam Yatsrib bahwa mereka akan melindungi dan membela Rasulullah SAW. Selain itu, mereka memohon kepada Rasulullah SAW dan para pengikutnya agar berhijrah ke Yatsrib.

4.    Dakwah Rasullullah SAW. Periode Madinah
     Dakwah Rasulullah SAW Periode Madinah Berlangsung selama 10 tahun dari tanggal 12 Rabiul Awal tahun pertama hijrah sampai wafatnya rasulullah yakni tanggal 13 rabiul awal ke 11 hijrah.
     Setelah tiba dan diterima penduduk Yatsrib (Madinah), Nabi resmi menjadi pemimpin penduduk kota itu. Babak baru dalam sejarah Islam pun dimulai. Berbeda dengan periode Makkah, pada periode Madinah, Islam, merupakan kekuatan politik. Ajaran Islam yang berkenaan dengan kehidupan masyarakat banyak turun di Madinah. Nabi Muhammad mempunyai kedudukan, bukan saja sebagai kepala agama, tetapi juga sebagai kepala Negara. Dengan kata lain, dalam diri Nabi terkumpul dua kekuasaan, kekuasaan spiritual dan kekuasaan duniawi. Kedudukannya sebagai Rasul secara otomatis merupakan kepala Negara.
     Dakwah Rasulullah SAW periode Madinah berlangsung selama sepuluh tahun, yakni dari semenjak tanggal 12 Rabiul Awal tahun pertama hijriah sampai dengan wafatnya Rasulullah SAW, tanggal 12 Rabiul Awal tahun ke-11 hijriah.
     Materi dakwah yang disampaikan Rasulullah SAW pada periode Madinah, selain ajaran Islam yang terkandung dalam 89 surat Makiyah dan Hadis periode Mekah, juga ajaran Islam yang terkandung dalm 25 surat Madaniyah dan hadis periode Madinah. Adapun ajaran Islam periode Madinah, umumnya ajaran Islam tentang masalah sosial kemasyarakatan.
     Mengenai dakwah yang ditujukan kepada orang-orang yang belum masuk Islam bertujuan agar mereka bersedia menerima Islam sebagai agamanya, mempelajari ajaran-ajarannya dan mengamalkannya, sehingga mereka menjadi umat Islam yang senantiasa beriman dan beramal saleh, yang berbahagia di dunia serta sejahtera di akhirat.
     Rasulullah SAW diutus oleh Allah SWT bukan hanya untuk bangsa Arab, tetapi untuk seluruh umat manusia di dunia, Allah SWT berfirman:
Artinya: “Dan tiadalah kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam.” (QS. Al-Anbiyaa’, 21:107)

     Tujuan dakwah Rasulullah SAW yang luhur dan cara penyampaiannya yang terpuji, menyebabkan umat manusia yang belum masuk Islam banyak yang masuk Islam dengan kemauan dan kesadaran sendiri. Namun tidak sedikit pula orang-orang kafir yang tidak bersedia masuk Islam, bahkan mereka berusaha menghalang-halangi orang lain masuk Islam dan juga berusaha melenyapkan agama Islam dan umatnya dari muka bumi. Mereka itu seperti kaum kafir Quraisy penduduk Mekah, kaum Yahudi Madinah, dan sekutu-sekutu mereka.
     Setelah ada izin dari Allah SWT untuk berperang, sebagaimana firman-Nya dalam surah Al-Hajj ayat 39 dan Al-Baqarah ayat 190, maka kemudian Rasulullah SAW dan para sahabatnya menyusun kekuatan untuk menghadapi peperangan dengan orang kafir yang tidak dapat dihindarkan lagi.
Artinya: “Telah diizinkan (berperang) bagi orang-orang yang diperangi, karena Sesungguhnya mereka telah dianiaya. dan Sesungguhnya Allah, benar-benar Maha Kuasa menolong mereka itu” (Q.S. Al-Hajj, 22:39).

Artinya: “Telah diizinkan (berperang) bagi orang-orang yang diperangi, karena Sesungguhnya mereka telah dianiaya. dan Sesungguhnya Allah, benar-benar Maha Kuasa menolong mereka itu” (Q.S. Al-Hajj, 22:39).

Artinya: “Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.” (QS. An-Nahl, 16: 125)

a.    Strategi Dakwah Rasulullah Saw Periode Madinah
 Pokok-pokok pikiran yang dijadikan strategi dakwah Rasulullah SAW periode Madinah adalah:
  1. Berdakwah dimulai dari diri sendiri, maksudnya sebelum mengajak orang lain meyakini kebenaran Islam dan mengamalkan ajarannya, maka terlebih dahulu orang yang berdakwah  itu harus meyakini kebenaran Islam dan mengamalkan ajarannya.
  2. Cara (metode) melaksanakan dakwah sesuai dengan petunjuk Allah SWT dalam Surah An-Nahl, 16: 12. Artinya: “Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.” (Q.S. An-Nahl, 16: 125)
  3. Berdakwah itu hukumnya wajib bagi Rasulullah SAW dan umatnya sesuai dengan petunjuk Allah SWT dalam Surah Ali Imran, 3: 104. Artinya: “Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung.” (Q.S. Ali Imran, 3: 104)
  4. Berdakwah dilandasi dengan niat ikhlas karena Allah SWT semata, bukan dengan untuk memperoleh popularitas dan keuntungan yang bersifat materi.
  5. Masyarakat Islam atau masyarakat madani adalah masyarakat yang menerapkan ajaran Islam pada seluruh aspek kehidupan, sehingga terwujud kehidupan bermasyarakat yang baldatun tayyibatun wa rabbun gafur, yakni masyarakat yang baik, aman, tenteram, damai, adil, dan makmur di bawah naungan rida Allah SWT dan ampunan-Nya.

b.    Peperangan pada saat di Madinah:
1.    Perang Badar
Terjadi tanggal 17 Ramadhan tahun 2 hijrah bertepatan 8 januari 623 M. Kaum muslimin berjumlah 314 orang sedangkan kafir kuraisy berjumlah 1000 orang.
2.    Perang Uhud
     Terjadi pada pertengahan bulan sya”ban tahun ke 3 hijrah bulan januari tahun 625 M. Terjadi di Gunung Uhud, sebelah utara kota Madinah. Perang ini terjadi karena kaum kafir Kuraisy ingin membalas kekalahan di perang sebelumnya. Kaum muslimin berkekuatan 700 orang, kaum kuraisy berjumlah 3000 orang. Peperangan umat islam di pimpin oleh Nabi Muhammad SAW, Kaum kuraisy di pimpin oleh Abu Sufyan bin Harb yang di damping istrinya Hindun.
Penyebab kekalahan kaum muslimin antara lain:
  1. Tentara panah berjumlah 50 orang ingkar pada Rasull
  2. Adanya kaum munafik 300 orang
  3. Perbedaan pendapat antara kaum tua dan muda
  4. Perang Khandaq ( Ahzab)
     Terjadi pada bulan syawal tahun ke lima hijrah pada bulan maret tahun 627 M, Terjadi di sebelah utara kota Madinah. Di sebut Khandaq(parit) karena kaum muslimin membuat parit pertahanan, Dinamakan perang ahzab karena kaum kuraisy bersekutu dengan penduduk lain yang berada di kota Mekah. Kaum muslimin berkekuatan 3000 oarng, kaum kuraisy berjumlah 10000 orang.


BAB III
PENUTUP
1.    Kesimpulan
     Rasulullah Saw adalah contoh terbaik, dalam menggerakkan dan mengelola dakwah. Keberhasilannya dalam mengajak manusia kepada agama Allah, terhitung spektakuler. Bagaimana tidak, hanya dalam waktu 23 tahun beliau berhasil mengajak seluruh bangsa Arab dalam pelukan Islam, yang imbasnya secara alamiah dari generasi ke generasi Islam telah menyebar ke seantero jagad. Jumlah populasi muslim dunia ,kini yang mencapai kurang lebih 1.5 milyar tak lepas dari kiprah beliau selama 23 tahun tersebut. Bahasan di seputar keberhasilan dakwah, tak ada rujukan yang paling pantas kecuali merujuk pada warisan sunnah yang telah ditinggalkan manusia paling agung, yakni Muhammad Saw.

     Reaksi kaum Quraisy terhadap gerakan Islam yang dibawa oleh Rasulullah saw. Begitu cepat berkembang dan hal tersebut sangat menghawatirkan para pemimpin dan pembesar Quraisy. Mereka takut bahwa kedudukan mereka yang semula begitu dihormati dan berkuasa akan menjadi tersaingi  dengan kekuatan Islam. Menurut pendapat mereka, tunduk kepada Rasulullah berarti sama dengan tunduk dan menyerahkan kepemimpinan atau kekuasaan kepada keluarga Muhammad, yaitu bani Abdul Muthalib. Diantara reaksi kaum Quraisy terhadap dakwah Rasulullah saw. Antara lain sebagai berikut.

1 komentar: